“Tan, cek G-maps donk, ini jalan kita bener apa enggak?”, ujar Indra yang sedang menyetir dengan tatapan yang tetap lurus ke depan. Saya mengambil hp, menatap tulisan “no service” di layar, lantas melempar kembali hp ke dalam tas ransel. “Gak ada sinyal, ndra. Udah terus aja. Aku yakin ini bener kok jalannya,” ujar saya pada Indra (hey, gak ada sinyal itu tandanya kita bakal memasuki tempat bagus yang masih jarang didatangi orang!).
Mobil terus melaju. Deretan rumah penduduk berubah menjadi deretan pohon tinggi yang semakin lama semakin rapat, menghalangi sinar matahari yang ingin menyentuh tanah, seolah menciptakan terowongan hijau. Melewati “terowongan hijau” ini seolah memasuki dunia yang “berbeda”. Dunia di mana segalanya masih alami dan belum banyak tersentuh tangan manusia. Cerita-cerita mistis yang beredar tentang kawasan ini, bermain di benak saya saat melewati lebatnya deretan pepohonan.
Mobil kami terus berjuang melewati jalanan yang rusak. Perasaan was-was mulai muncul saat jalan yang kami lalui seolah tidak berujung. Hingga setengah jam kemudian, sebuah gerbang yang bertuliskan “Selamat Datang di Taman Nasional Alas Purwo” menyambut kami. “Alhamdulillah enggak salah jalan!” seru saya lega.
Kawasan konservasi ini terletak di ujung tenggara Pulau Jawa, termasuk dalam Kabupaten Banyuwangi. Selama ini Alas Purwo memang terkenal akan keangkeran dan kemistisannya. Nama Alas Purwo memiliki arti sebagai hutan pertama, atau hutan tertua di Pulau Jawa. Tak heran bila masyarakat sekitar menganggap Alas Purwo sebagai hutan keramat. Hutannya yang masih alami memiliki beberapa situs-situs mistis yang kerap menjadi lokasi bersemedi, ritual ilmu sakti, bahkan pesugihan! Banyak pelaku ritual dan peziarah yang datang ke tempat ini.
Alas Purwo dikelola dan dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, dan pariwisata. Sebagai tempat pariwisata alam, Taman Nasional Alas Purwo mempunyai beberapa objek wisata alam yang menarik untuk dikunjungi, khususnya pantai!
Setelah membayar tiket masuk, mobil kami melaju masuk ke dalam kawasan. Keadaan di Alas Purwo ini memang sangat alami, dengan pohon-pohon yang tinggi dan lebat, serta jalan yang masih berupa tanah dan kerikil. Ditambah adanya cerita-cerita mistis, hutan ini makin terlihat seram. Saya bergidik ketika melewati sebuah Pura yang berdiri di tengah-tengah kelebatan dan kesuraman hutan. Asli serem!
Objek wisata yang terdekat dari pintu masuk adalah Sadengan. Sadengan merupakan padang penggembalaan satwa liar, seperti banteng, rusa, merak, dan lain-lain. Tempat ini dilengkapi sebuah menara pandang untuk mengamati atraksi satwa. “Hewan-hewan biasanya keluar di pagi dan sore hari saat tidak panas, mbak. Kalo siang terik begini ya mereka berteduh,” kata petugas di sana. “Dih, hewan takut item juga ya, pak,” kata saya sambil memandang padang rumput yang kosong melompong.
Perjalanan berlanjut menuju pantai terdekat, yaitu Pantai Trianggulasi. Di Trianggulasi ini ada pesanggrahan berbentuk rumah panggung yang sayangnya belum dikelola dengan baik, sehingga tidak dapat dipakai menginap oleh wisatawan. Pantainya sendiri merupakan pantai berpasir putih bersih dengan air laut yang biru. Berenang? Jangan deh kalau gak mau diseret sama ombak pantai selatan.
Sekitar 15 menit dari Pantai Trianggulasi, ada sebuah pantai yang bernama Pantai Pancur. Saat mobil kami memasuki pelataran parkirnya, ada beberapa lelaki dengan dandanan tidak biasa sedang nongkrong di bawah pohon. Dandanan tidak biasa? Iya, dengan pakaian dan udeng serba hitam, kumis, dan rambut panjang yang gimbal. Ala-ala mbah dukun gitu. Mistis abis.
Lokasi situs-situs mistis berupa beberapa goa memang ada di dekat Pantai Pancur. Di dalamnya terdapat bangunan yang menyerupai makam. Dan untuk menuju goa-goa itu, kita harus berjalan kaki melewati hutan yang katanya sih di sepanjang jalurnya terdapat banyak kemenyan. Hiiiyy…
Pantai Pancur sendiri adalah pos utama untuk menuju ke Pantai Plengkung. Pantai yang terkenal dengan sebutan G-Land ini adalah highlights kawasan Taman Nasional Alas Purwo. Karena yang paling cantik, otomatis menuju kesananya pun yang paling susah karena letaknya yang paling ujung, daan…jalurnya rusak parah! Pengunjung harus menyewa jeep seharga Rp. 200.000 dengan kapasitas 10 orang/jeep. Karena kondisi jalur yang aduhai parahnya, perjalanan 9 km menuju Plengkung harus ditempuh selama 45 menit!
Perjalanan yang penuh perjuangan, terbayar dengan pemandangan pantai yang indah terpampang di depan mata saat kami turun dari jeep. Sayangnya karena sedang off season, ombaknya tidak besar, dan tidak ada pemandangan kegiatan para peselancar. Bahkan penginapan di sana pun tutup. “Yah, padahal aku pengen liat bule-bule sixpack yang lagi surfing,” kata Indra. Hih, dasar cowok genit!
Plengkung memang memiliki ombak yang sangat bagus untuk olah raga surfing. Menurut para peselancar dunia, Plengkung termasuk empat lokasi terbaik di dunia untuk kegiatan berselancar dan dapat disejajarkan dengan lokasi surfing di Hawai, Australia, dan Afrika Selatan. Hingga saat ini, Plengkung telah 4 kali dijadikan lokasi event tingkat internasional. Aktivitas selancar di Plengkung biasanya dilakukan pada bulan April – Oktober saat ombak sedang bagus-bagusnya.
Sekembalinya dari Pantai Plengkung, saya menyempatkan mengintip sebentar Pantai Pancur (sementara Indra dan Susi sudah terkapar kelelahan di dalam mobil). Sayangnya keadaan Pantai Pancur saat itu kotor dengan sampah-sampah dan ranting yang bertebaran. Maklum, sehari sebelumnya ada badai. Pasir pantainya sendiri sebenarnya putih bersih, dengan air laut yang biru dan ombak yang cukup besar.
Perjalanan berlanjut ke Ngagelan, yaitu tempat pemeliharaan dan pelepasan anak penyu ke laut. Jalur menuju Ngagelan ini agak susah karena jalurnya yang hanya cukup untuk satu mobil, dan banyak dahan pohon yang berjatuhan menghalangi jalan. Saya sampai harus bolak-balik keluar dari mobil dan menyingkirkan dahan-dahan ini. “Keluar satu kali lagi kamu dapet piring cantik, tan,” kata Indra. “Gakpapa ndra, asal bukan pohon tumbang aja yang ngalangin jalan,” jawab saya.
Daan…ucapan saya jadi kenyataan. Di tengah perjalanan, ada pohon tumbang yang menghalangi jalan! (errr…oke, lain kali kalau di tengah hutan belantara gini harus hati-hati kalau ngomong). Yang menghalangi memang hanya dedaunan dan ranting-rantingnya saja. Tapi karena itu pohon utuh, jadi ya susah sekali menyingkirkannya. Bayangin ya, di tengah hutan, pohon lebat, sepi, gak ada sinyal, cuman bertiga, cowoknya satu. Yang jelas, kami gak mampu mengatasi kalau ada apa-apa, sehingga mau tidak mau kami harus berbalik arah dengan susah payah.
Well, dibalik cerita seram Alas Purwo, ada keindahan yang tersimpan. Jangan hiraukan cerita tentang banyaknya makhluk halus, bahkan kerajaan jin di tempat ini (lah, malah nakut-nakutin). Yang penting kita harus selalu menjaga sikap dan omongan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan :)
Yuk, ikutan trip ke Alas Purwo bareng Berangan Trip. Cek detailnya di http://wp.me/p3FEJm-d
tempatnya kyknya menyenangkan sekali buat main2..
hmm bisa buat jadi tempat prewedd deh :D
Asal prewednya jangan di bagian hutannya ya. Ntar takutnya ada yg “ngikut” di fotonya. Haha :p
Boleh deh nanti fotonya pake kamera aura.. Whehehe eh tapi dengan adanya mitos2 yg agak horor tempat itu kadang jadi lebih terjaga kelestariannya lho.. Ya sebaiknya dituruti dan diambil positifnya saja
Hahaha…
Betul! Orang2 jadi takut buat mengusik ekosistem di sana. Kalo gitu semua tempat kasih cerita horor aja ya biar gak dirusak :p
“Yah, padahal aku pengen liat bule-bule sixpack yang lagi surfing,” tolong diklarifikasi =_=
Muahahahaha… Nyantai ndra, kan cuma becanda :))
Keren tan….aku terpesona sama pantainya….tyt masih bersihhh… Argg…mendadak pengin semedi ehh..ngeliat laut dink :p
Huahahaha…
Semedi di pantai juga bisa kok. Kan pantai selatan. Sapa tau dihampiri sama Nyi Roro Kidul :))
nice shoot ntan, kirimin ho to alas purwornya nya pake apa ,dan biayanya ,mupeng nih -_-
Hahaa… :)
Pokoknya ke Banyuwangi dulu. Dari Banyuwangi HARUS carter kendaraan pribadi karena gak ada kendaraan umum ke sana. Banyuwangi – Alas Purwo sekitar 2 jam perjalanan.
Tiket masuk 2500/orang, 6000/mobil. Kalo ke sana mending bawa makanan sendiri soalnya warungnya geje, kadang cuma sedia mie instan.
Kalo mau ke Pantai Plengkung HARUS sewa jeep dari Pantai Pancur 200.000/jeep kapasitas max 10 orang.
Lebih lengkapnya, ke tnalaspurwo.org aja :D
Oya, di dalam kawasan gak ada penginapan. Penginapan terdekat ada guest house di Desa Sumberasri, 1.5 jam dari gerbang utama Alas Purwo. Per malam 60.000/orang include sarapan. CP : Pak Toni (0852.3054.7756)
thanks ya tan
Sama-sama. Semoga berhasil semedi di Alas Purwo #lah
banyak jin nya gitu tan di sana
Banyak. Jin dan Jun :p
tuyul dan mbak yul ada gak tan hihihi :P
thanks info nya ya…
Sama-sama ^^
waw keren banget
ngiler liat pantainya :roll:
thx infonya sis
suatu hari saya harus kesana :mrgreen:
Anak baek, terima kasih atas sharing tentang keindahan alam Indonesia, sungguh sangat indah, tidak hanya diluar negri saja yg indah, Indonesia number one. Salute.
Salam kenal.
George Wijaya
Anak baek? Hehehehe…
Setuju. Kalo untuk nyari keindahan alam, Indonesia sudah lebih dari cukup. Mulai dari bawah laut hingga ke puncak gunung, semuanya indah :D
wah poto penantin gue dipantai itu kayaknya bagus..
trimakasih atas informasinya
pengantin maksudnya bukan penantin :D
Monggo mas foto prewed di situ. Sepi banget, jadi gak bakal malu ada yang ngeliatin. Hahaha…
Oh ada pura nya juga yaaa :) blm kesampaian nich kesini. Kayak nya mudik beok wajib maksa mampir ke banyuwangi
Wah, orang Jawa Timur ya. Iya mas, wajib! :D
wihh sumpah pek serem bgt hii hahaha :D
tapi prinsip gue mesti bener kalau kita menuju ke pantai semakin sulit medannya maka pantainya semakin indah dan perawan. gilee
traveler cewe nih. salam dari http://rutesurga.blogspot.com/
mampir ya
mabak masih ingat ga sama saya pas ketemu di alas purwo? boleh minta photanya ya:)
Wah…emang pernah ketemu ya, mas? Saya lupaa… Hehehe
Hai mba, salam kenal. Saya dr bandung. Rencana pengen ke alas purwo juga. Kira-kira kalau pakai angkutan umum bisa? Apa hrus bwa kndaraan sndiri? Trs kalau disana engga bisa camp ya? Penginapan2 di G-land tuh sekitaran brp mba? Aduh maaf bnyk nanya.haha..
Liat foto-fotonya jd tambah ngiler :P
sipp sharing artikelnya,.
joss
Kemaren baru dari sana juga saya (November 2014). Sayang yang surfingnya dikit karena ombaknya bagus di bulan April – Oktober. Kemaren sempet ke Ngagelan juga, tapi sepi karena penyunya bertelur di bulan 4 dan pelepasannya di bulan 5 – 7.
Pingback: Tempat Wisata Menarik di Taman Nasional Alas Purwo – anjanapoliwangi
Pingback: Alas Purwo. Kecantikan Alam Berbau Mistis Yang Ngeri-ngeri Sedap - Yuk Piknik