Finding Another Wayag

“Loh, bukannya Wayag ditutup ya? Kok bisa naik?”

Begitu rata-rata respon teman-teman saat saya meng-upload foto-foto kunjungan saya ke Wayag di jejaring sosial. Well, mereka enggak salah. Saat itu Wayag memang sedang ditutup akibat konflik antara warga dengan pemerintah setempat, sehingga pengunjung dilarang datang, apalagi naik ke puncak Wayag.

Tentu saja kami enggak kehabisan akal. Bagaimanapun, ke Raja Ampat rasanya enggak afdol kalau belum melihat pemandangan spektakuler dari puncak bukit karst. Intinya, belum pernah ke Raja Ampat kalau belum punya foto narsis dengan view ikonik itu. Untuk yang belum tau, Wayag adalah kepulauan yang terdiri dari kumpulan bukit-bukit karst. Kalau googling gambar Raja Ampat, sudah pasti gambar Wayag yang muncul paling banyak.

Wayag punya beberapa ‘kembaran’ di Raja Ampat. Enggak bisa ke Wayag? Kami pun datang ke ‘another Wayag’ ini. View-nya sama saja kok. Sama jauhnya pula dari Waisai, ibukota Raja Ampat. Perjalanan ditempuh sekitar 3 jam dengan speed boat yang menghabiskan banyak bahan bakar yang mahalnya ampun-ampunan.

“Selamat datang di Raja Ampat!”, ujar motorist (istilah untuk awak speed boat) kami saat speed boat perlahan mendekati sekumpulan bukit karst yang menjulang di hadapan kami. Si motorist sengaja memelankan laju speed boat-nya agar kami bisa berlama-lama menikmati pemandangan menakjubkan khas Raja Ampat itu. Kemudian, speed boat bersandar di pondok tempat petugas penjaga ‘another Wayag’ ini. Kami harus minta ijin terlebih dahulu sebelum mendaki bukit karst. Bapak petugas juga akan ikut mengantar kami hingga ke puncaknya.

Warna airnya bikin pengen cepet nyebur!

Warna airnya bikin pengen cepet nyebur!

Salah satu pantai di 'another Wayag'

Salah satu pantai di ‘another Wayag’

Mendaki bukit di sini memang literally mendaki layaknya rock climbing, namun tanpa tali, harness, dan peralatan mendaki lainnya. Kemiringan jalurnya hampir 90 derajat, dengan medan berupa bebatuan tajam. Pokoknya, terpeleset sedikit saja sudah pasti akan lecet atau luka, bahkan nyawa bisa melayang. Alat bantu mendaki kami hanyalah dahan-dahan pohon yang membantu sebagai pegangan.

Ini medan pendakiannya. Serem.

Ini medan pendakiannya. Serem.

Subhanallaaaahh!!”, teriak saya sesampainya di puncak bukit. Enggak salah kalau orang-orang bilang bahwa Raja Ampat adalah paradise on earth, karena pemandangan dari puncak ‘another Wayag’ ini memang super WOW. Saya sampai enggak berhenti bersyukur dan sangat bangga akan alam Indonesia yang begitu indah. Damn! I love Indonesia.

Gimana gak histeris lihat view seperti ini? XD

Gimana gak histeris lihat view seperti ini? XD

The super WOW Wayag

The super WOW Wayag

Foto bermodal tongsis, tongkat narsis

Foto bermodal tongsis, tongkat narsis

Foto rame2 gini susah lho, karena space-nya sempit :))

Foto rame2 gini susah lho, karena space-nya sempit :))

Saya turun dari puncak bukit dengan membawa beberapa oleh-oleh. Foto-foto yang spektakuler, sandal jepit yang sudah enggak karuan bentuknya, dan luka panjang di kaki yang dengan bangga akan saya ceritakan ke teman-teman sambil bilang, ”Ini lho, hasil aku terpeleset di Wayag!” Haha!

Tips :

  • Pakai sandal gunung atau sepatu yang kuat untuk mendaki Wayag, karena sandal jepit sudah pasti akan rusak atau putus. Kebodohan saya waktu itu sepatu tertinggal di hotel (.___.)
  • Pakai baju yang simpel dan enggak ribet. Yang cewek, jangan sekali-sekali pakai rok. Maunya sok cantik, tapi pas mendaki malah keribetan dan roknya sobek. Oya, pakai baju yang cerah ya biar fotonya bagus. Penting! Haha.

Mau ke Raja Ampat dengan harga yang lebih terjangkau? Yuk join trip Raja Ampat “Low Cost” bareng Berangan Trip! Detail: http://wp.me/p3FEJm-C

*photos by Intan Primadewati, Frans Sihombing & Ricky D*

Baca juga :

17 thoughts on “Finding Another Wayag

    • Katanya sih karena warga setempat kecewa akibat pariwisata setempat yang seharusnya memberikan keuntungan dan kesejahteraan kepada mereka, nyatanya enggak memberikan apa-apa.
      Iya, memang super indah :)

Leave a reply to shellahudaya Cancel reply